Homo floresiensis adalah spesies manusia zaman purba (ancient human species) yang fosilnya ditemukan di Flores, Nusa Tenggara Timur. Dikutip dari situs Natural History Museum, spesies ini hidup di tempat terpencil, sekutar 500 km di sebelah timur Jawa.Fosil manusia purba yang mungkin terhubung dengan Homo erectus ini ditemukan di sebuah tempat bernama Liang Bua. Para peneliti memperkirakan dari sisa rangka yang ditemukan, Homo florensis hidup 10-50 ribu tahun lalu dengan tubuh pendek dan tulang kecil.Sama seperti manusia purba lainnya, Homo florensis sudah punah dan tidak lagi ditemukan dalam kondisi hidup. Namun peneliti Gregory Forth mengatakan, manusia hobbit ini kemungkinan masih hidup yang didukung pernyataan warga sekitar.Apakah Homo Floresiensis Masih Hidup?Menurut buku Between Ape and Human An Anthropologist on the Trail of a Hidden Hominid, Forth dari Universitas Alberta mengatakan, tidak ada yang benar-benar tahu manusia purba Homo floresiensis masih hidup atau sudah punah. Dalam buku yang ditulis Forth tersebut dikatakan, Homo florensiensis ditemukan pada 2003.
Sementara menurut laman Smithsonian Museum of Natural History, Homo floresiensis adalah salah satu spesies manusia purba terakhir yang punah. Hal serupa diungkapkan peneliti Smithsonian Matt Tocheri Thomas Sutikna dan timnya dalam jurnal Science.Dalan studi tersebut dikatakan, purba ini sudah punah 50.000 tahun yang lalu di era sebelum atau sekitar waktu kemunculan Homo sapiens. Menurut Museum of National History, meski kini ada komunitas orang-orang yang lebih pendek dari rata-rata yang tinggal di Flores namun mereka tidak memiliki hubungan genetik dengan Homo floresiensis.Fakta Mengenai Homo FloresiensisUntuk mengetahui lebih lanjut mengenai Homo Floresiensis, simak perjalanan ditemukannya jejak manusia purba ini. Berikut faktanya:1. Penemuan Pertama Kali di Liang BuaJejak manusia purba Flores ditemukan pendeta Belanda, Father Theodor Verhoeven di 1950-1960-an. Menurut laman Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Kemdikbud, Liang Bua adalah situs gua di daerah perbukitan karst wilayah Kabupaten Manggarai.Dalam bahasa Manggarai, Liang Bua berarti gua yang sejuk. Jika dilihat dari morfologinya, gua ini memiliki ciri sebagai hunian pada masa prasejarah. Ukurannya dalam, lebar dan memiliki atap yang tinggi. Sementara, dasar gua luas dan cenderung datar.Kemudian, mulut gua menghadap ke timur, sehingga mendukung manusia mendapatkan sinar matahari yang cukup dengan sirkulasi dara yang baik. Di dekat gua terdapat aliran sungai Wae Rancang dan Wae Mulu yang mendukung pertahanan hidup.Menurut Verhoeven, perkakas batu temuan di gua kemungkinan dibuat oleh Homo erectus yang berjalan dari Jawa ke Flores Sejak 750.000 tahun lalu. Tapi, saat itu temuannya tak terlalu mendapat perhatian dari paleoantropolog lain.2. Temuan Verhoeven DikonfirmasiSetelah hampir 30 tahun kemudian, tim gabungan Indonesia dan Belanda mengkonfirmasi temuan jejak manusia purba yang dilaporkan Verhoeven. Tim peneliti ini pun mencari tahu usaha alat batu dan fosil di kawasan Cekungan Soa itu dengan teknik penentuan usia sedimen purba paleomagnetisme dan analisis jalur fisi zirkon.Hasilnya menunjukkan bahwa temuan mereka diperkirakan berumur 700.000 tahun. Kemudian di akhir tahun 1990-an, lebih banyak lagi kalangan ilmuwan yang percaya adanya kemungkinan spesies manusia lain yang sampai ke Flores sebelum Homo erectus di Afrika pada 200.000 tahun lalu.3. Adanya Tengkorak Homo Floresiensis di Liang BuaTim peneliti Puslit Arkenas Indonesia, Universitas England dan Universitas Wollongong Australia pun memulai penggalian di Liang Bua pada tahun 2001. Dua tahun kemudian, tepatnya pada September 2003, pekerja upahan setempat, Benyamin Tarus menemukan bagian atas sebuah tengkorak.Pada proyek penelitian Thomas Sutikna dkk, arkeolog Wahyu Saptomo selaku yang mengawasi penggalian meminta tengkorak tersebut diperiksa oleh ahli fauna Rokus Due Awe. Pada awalnya, tengkorak tersebut dikira milik anak kecil. Namun, Rokus mendapati tengkorak itu merupakan peninggalan manusia purba dewasa, sebab semua giginya permanen.Salah satu bagian tim riset, Mike Morwood mengundang Dr Brown dari Universitas New England. Ahli anatomi kranial, rahang bawah dan gigi manusia purba dan modern ini diminta untuk memimpin deskripsi dan analisis sisa-sisa kerangka yang ditemukan. Pada akhirnya dia melengkapi pengetahuan tentang Homo floresiensis dari zaman Pleistosen akhir yang kemudian terbit di jurnal Nature pada tahun 2004.Itulah penjelasan mengenai Homo Floresiensis. Jadi, menurutmu, apakah manusia purba ini masih hidup?