Heboh Pesta Orgy di Jaksel, Termasuk Penyimpangan Seks? Pakar Seks Bilang Gini

Heboh Pesta Orgy di Jaksel, Termasuk Penyimpangan Seks? Pakar Seks Bilang Gini

vyp2023/09/16 11:00:13 WIB
Ilustrasi. Foto: Getty Images/iStockphoto/AleksandarNakic

Heboh pesta orgy di sebuah hotel kawasan Semanggi, Jakarta Selatan digrebek polisi. Menurut laporan terakhir, undangan pesta seks tersebut memiliki 100 anggota sindikat yang tidak hanya melakukan orgy, melainkan juga saling 'menawarkan perempuan'.Dilaporkan oleh Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro, salah satu yang ditangkap adalah pasangan suami-istri, yang sengaja melakukan seks orgy lantaran suami merasa senang melihat istrinya berhubungan intim dengan orang lain."Ada pasangan suami istri yang menyatakan bahwa si suami sangat menikmati kalau tidak melakukan kegiatan dengan pasangan yang lain dan bersama istrinya dia nggak merasa bahagia, dia nggak merasa happy ending," bebernya kepada wartawan di Mapolres Jakarta Selatan, Selasa (12/9/2023).Pakar seks sekaligus spesialis obstetri dan ginekologi dr Boyke Dian Nugraha menegaskan, SpOG, aktivitas seks beramai-ramai sebagaimana dalam pesta orgy tersebut adalah bentuk penyimpangan seksual. Pada kondisi tersebut, seseorang mendapatkan kesenangan dengan cara melakukan seks beramai-ramai, kemudian saling bertukar pasangan seks."Orgy itu adalah pesta sebuah penyimpangan seksual, di mana seseorang mendapatkan kenikmatan seks dengan melakukan seks beramai-ramai. Ada lima atau enam orang, itu bertukar-tukar pasangan," terang dr Boyke kepada detikcom, Rabu (13/9)."Kadang pria itu senang melihat istrinya berhubungan seks dengan orang lain, dia merasakan sensasi yang berbeda. Dia melihat orang lain menikmati istrinya, itu juga penyimpangan seksual (senang melihat) orang yang kita cinta berhubungan seks dengan orang lain," imbuhnya.Baca juga: Pesta Orgy Jaksel Digrebek Polisi, Apa yang Bikin Orang Punya Fantasi Seks Liar?Wajarkah Punya Fantasi Seks yang 'Liar'?Menurut dr Boyke, pada dasarnya memiliki fantasi seks adalah hal yang wajar. Namun pada kondisi normal, seseorang akan bisa memahami bahwa tidak semua fantasi perlu dipenuhi. Jika fantasi tersebut bertentangan dengan nilai adat dan budaya, maka fantasi tersebut bukan untuk dilakukan secara nyata."Kalau fantasi seks itu tidak dilakukan. Seseorang boleh-boleh saja berfantasi, tapi fantasi itu tidak dilakukan, Berfantasi diperkosa beramai-ramai, boleh saja dan biasanya itu dialami orang-orang yang kurang diperhatikan. Tapi nalurinya, nuraninya, masih mengatakan (fantasi) itu tidak mungkin (dilakukan)," beber dr Boyke."Fantasi kalau sudah liar misalnya melakukan hubungan seks misalnya di atas genteng atau di lift. Itu kalau sampai kepergok, di situlah bergunanya dipikirkan dilakukan atau tidak," imbuhnya.Risiko Penyakit SeksualDi samping, dr Boyke juga mengingatkan, ada beragam risiko penyakit dari aktivitas berhubungan seks dengan banyak orang atau bergonta-ganti pasangan."Mana kita tahu itu di dalam pasangan itu kalau seseorang terkena HIV, semua bisa kena HIV. Kedua, kalau mereka masih muda kadang-kadang mereka pesta seperti itu memakai obat dan lupa memakai kondom, dan ada risiko kehamilan tidak diinginkan berujung aborsi," ungkap dr Boyke."HIV, GO (gonore), herpes, klamidia. Kemudian penyakit-penyakit yang hepatitis, tapi paling berbahaya yaitu HIV karena sampai sekarang belum ada obatnya, dan selalu berganti-ganti pasangan semua penyakit itu," imbuhnya.Selain itu, dr Boyke juga menyoroti risiko penularan human papillomavirus (HPV). Virus ini dapat memicu kanker mulut rahim pada wanita dan kanker penis pada pria.NEXT: Fantasi Seks Bikin Hubungan Makin Lengket? Belum Tentu!Baca juga: Dokter Gadungan 2 Tahun Catut Identitas Dokter Asli di Bandung, IDI Buka SuaraDihubungi secara terpisah, seksolog klinis Zoya Amirin menjelaskan tidak semua fantasi seks bisa langsung digolongkan sebagai penyimpangan. Dengan syarat, fantasi tersebut hanya terjadi dalam bayangan namun tidak benar-benar dilakukan.Namun, fantasi ini akan bisa digolongkan sebagai tindak kriminal jika diterapkan tanpa kesetujuan dari semua pihak yang terlibat (consent).Terlepas dari apakah aktivitas seks orgy tergolong penyimpangan seksual atau tidak, Zoya tidak menyarankan aktivitas seks orgy. Sebab, ia menyoroti risiko penularan infeksi menular seksual (IMS) dari aktivitas tersebut."Ada pasangan suami-istri di sana? Karena mereka bilang ingin menerapkan fantasi? Kalau menambah gairah seksual dan bertukar fantasi ya dengan bercerita doang. Yang jadi masalah kita fantasinya dilakukan," terangnya saat dihubungi detikcom, Rabu (13/9)."Saya sebagai seksolog, ada tuh pasien yang fatasinya orgy tapi kan nggak harus dijalani. Jadi bagaimana kalau berbagi fantasi seksual, jadi secara psikologis nggak dilabeli liar. Kalau sdh diterapkan urusannya lain," imbuh Zoya.Baca juga: Dokter Gadungan 2 Tahun Catut Identitas Dokter Asli di Bandung, IDI Buka SuaraFantasi Seks Bikin Hubungan Makin Lengket? Belum Tentu!Selain rentan menjadi tempat penularan penyakit, pesta orgy juga bisa memicu kerenggangan dalam hubungan. Hal itu berkaitan dengan banyaknya anggapan yang menyebut, memenuhi fantasi seks bisa bikin hubungan suami-istri semakin rekat.Nyatanya menurut Zoya, tak semua fantasi seks akan menjadi seru jika dilakukan di dunia nyata. Alih-alih bikin hubungan semakin erat, aktivitas seks beramai-ramai ini justru bisa membuat pelakunya sadar bahwa ada pasangan seks yang lebih 'seru' dibandingkan suami atau istrinya sendiri."Kalau ada yang konseling terus ada yang bilang variasi (seks), pertanyaan saya ketika kamu berharap ada variasi dengan orgy party, apakah setelah pesta seks semakin sayang sama pasangan?" ujarnya."Kan katanya untuk semakin lengket berdua, boleh kalau kamu merasa itu. Tapi setelah itu outputnya bikin kamu tambah mesra atau jadi punya studi banding. Nah loh bagaimana?" pungkas Zoya.Baca juga: Kronologi Remaja di AS Amputasi Kaki dan Tangan Pasca Alami Gejala Mirip Flu

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya