Musik sudah menjadi bahasa universal yang menghubungkan manusia dari berbagai latar belakang budaya. Di Indonesia, setiap daerah memiliki alat musik tradisionalnya sendiri yang mencerminkan kekayaan budaya lokal.Salah satu alat musik tradisional yang unik adalah Calung yang berasal dari Jawa Barat. Detikers, kali ini kita akan membahas soal alat musik Calung yang dilansir dari berbagai sumber.Baca juga: Sejarah Angklung, Alat Musik Kerajaan hingga Upacara KeagamaanSejarah Alat Musik CalungCalung memiliki akar sejarah yang sangat dalam di Jawa Barat. Jejak sejarahnya dapat dilacak hingga zaman kerajaan Sunda, yang menjadikannya salah satu alat musik tertua di Indonesia.Calung seringkali digunakan dalam berbagai upacara adat dan perayaan budaya dan telah menjadi bagian penting dari identitas budaya Sunda selama berabad-abad.Selama masa penjajahan kolonial Belanda, alat musik ini mengalami penyebaran yang lebih luas di Jawa Barat dan sekitarnya. Itu menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan dan cara untuk mempertahankan warisan budaya Sunda.Bahkan setelah kemerdekaan Indonesia, Calung tetap berperan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat.Calung dibuat dari potongan-potongan bambu yang diolah secara teliti. Tiga jenis bambu yang sering digunakan untuk membuat Calung adalah bambu hitam, bambu petung, dan bambu wuluh. Bambu-bambu ini dipilih berdasarkan karakteristik nada yang dihasilkan. Bambu hitam menghasilkan nada yang rendah, sementara bambu petung dan bambu wuluh menghasilkan nada yang lebih tinggi.Rangkaian bambu ini kemudian diberi lubang dengan ukuran yang berbeda di sisi atasnya. Ukuran dan letak lubang ini memengaruhi nada yang dihasilkan saat bambu dipukul.Proses pembuatan Calung memerlukan keterampilan dan keahlian khusus dalam memilih dan memahat bambu sehingga menghasilkan suara yang indah dan harmonis.Asal Muasal Nama CalungMelansir dari Buku Waditra Mengenal Alat-Alat Kesenian Daerah Jawa Barat oleh Drs Ubun Kubarsah R menyebutkan jika asal-usul kata Calung berasal dari penggabungan dua kata, yaitu ca yang bermakna maca (membaca) dan lung yang mengacu pada linglung atau kebingungan.Pada masa lalu, alat musik Calung digunakan sebagai instrumen tunggal yang sering dimainkan oleh orang yang sedang menunggu panen padi di ladang atau sawah. Bagi mereka yang memainkannya, musik yang dihasilkan oleh Calung memberikan rasa nyaman dan menghibur saat mereka merasa bingung atau kebingungan (haté nu keur liwung).Mengapa alat musik ini dinamai Calung? Kata Calung berasal dari bahasa Sunda yaitu carang pring wulung (pucuk bambu wulung), ada pula yang mengartikannya dengan dicacah melung-melung (dipukul berbunyi nyaring) yang akhirnya memberikan nama pada alat musik ini.Cara Memainkan CalungMemainkan Calung bukanlah hal yang mudah. Mengutip dari jurnal elibrary.unikom.ac.id, pemain Calung harus duduk bersila di atas tikar dan meletakkan Calung di depannya. Mereka menggunakan dua bilah bambu yang disebut pandet.Calung dibuat berderet sesuai tangga nada pentatonik (da mi na ti la) dan dimainkan dengan cara memukul atau menggesek bagian-bagian bambu Calung. Teknik ini memerlukan keterampilan dan koordinasi yang tinggi.Baca juga: Cerita Cepi dan Kerasnya Kehidupan JalananSelain itu, pemain Calung juga harus menguasai berbagai lagu tradisional Sunda. Mereka sering kali mengiringi vokal atau alat musik lain dalam pertunjukan seni tradisional, seperti wayang golek atau tari Jaipong. Ini memerlukan pemahaman mendalam tentang struktur musik tradisional Jawa Barat dan kemampuan untuk improvisasi.Detikers, Calung menjadi salah satu bukti keindahan budaya Jawa Barat yang telah bertahan selama berabad-abad yang bukan hanya sekedar alat musik. Calung adalah bagian penting dari sejarah dan identitas masyarakat Jawa Barat yang perlu kita lestarikan.