Cerita Simpang Empat Palbapang Bantul dan Mitos bagi Calon Pengantin

Cerita Simpang Empat Palbapang Bantul dan Mitos bagi Calon Pengantin

rih2023/09/09 14:10:35 WIB
Simpang empat Palbapang di Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Jumat (8/9/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Tidak hanya Jembatan Jirak Gunungkidul, simpang empat Palbapang di Bantul ternyata juga memiliki mitos untuk calon pengantin. Di simpang empat itu calon pengantin dilarang melintas kecuali melepaskan ayam terlebih dulu.Simpang empat Palbapang berada di Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul. Lokasinya di selatan pusat kota Bantul. Sama seperti simpang empat di jalan raya pada umumnya, simpang empat Palbapang banyak dilintasi kendaraan.Simpang empat Palbapang menjadi jalur utama untuk ke kawasan Pantai Samas dan ke Kabupaten Kulon Progo via Kapanewon Srandakan. Kendati demikian, jarang terlihat adanya antrean panjang kendaraan di simpang empat tersebut.Pamong Kalurahan Palbapang, Purwanto awalnya menjelaskan asal muasal nama Palbapang. Menurutnya, nama Palbapang erat dengan kisah penguasa Mangir saat itu yaitu Bagus Wanabaya atau dikenal dengan Ki Ageng Mangir. Kala itu Ki Ageng Mangir melakukan perjalanan ke arah timur menuju Kerajaan Mataram Islam di Kotagede.Ketika melakukan perjalanan, dan sampai di wilayah yang kini dikenal bernama Palbapang, Ki Ageng Mangir dikawal oleh prajurit Mataram. Wilayah tersebut pun dinamai Palbapang yang berarti tempat atau batas penjagaan."Nama Palbapang berasal dari kata Pal yang berarti batas dan Bapang yang berarti dijaga atau dibawa," kata Purwanto kepada detikJogja, Jumat (8/9/2023).Baca juga: Mitos Jembatan Jirak Gunungkidul, Konon Pengantin Baru Dilarang MelintasSimpang empat Palbapang di Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Jumat (8/9/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogjaSelain itu, Palbapang tidak bisa lepas dari kisah Kerajaan Mangir yang berselisih dengan Kerajaan Mataram Islam. Menurutnya, hal itu berkaitan dengan mitos jarangnya orang-orang melintas di Palbapang."Diyakini di sini itu secara bahasa tutur, perbatasan kerajaan Mangir dan kerajaan Mataram Islam. Karena dalam suasana panas, menempatkan masing-masing pasukan, atau kekuatan spiritualnya di perbatasan," ujarnya."Jadi tidak etis atau tidak elok ketika kita melewati satu tempat ketika suasana panas, siap perang baik secara langsung dan secara spiritual," lanjut Purwanto.Di sisi lain, Kalurahan Palbapang merupakan hasil penggabungan dari tiga kalurahan kecil yaitu Gandon, Tajeman, dan Taruban. Selain itu, Pemerintahan Palbapang baru berdiri pada tahun 1946 atau setahun setelah kemerdekaan Indonesia.Mitos Bagi Calon PengantinTerkait mitos calon pengantin hingga orang sakit dilarang melintasi simpang empat Palbapang, Purwanto tidak tahu secara pasti. Namun, hingga saat ini mitos itu masih ia dengar."Dulu orang sakit dan calon pengantin tidak boleh lewat sana. Kalau mau lewat harus melepaskan ayam di perempatan itu saat mau berangkat (mengantar pengantin)," kata Purwanto.Baca juga: Kisah Alumni yang Sukses Patahkan Mitos 'Jangan Taruh Nama Pacar di Skripsi'Menurutnya, Pamong Kalurahan lain pernah bercerita kejadian saat melintas di simpang empat Palbapang. Saat itu, sang pamong tengah mengantar rombongan yang hendak melaksanakan ijab kabul di KUA Bantul."Kemarin saya dapat cerita dari Pamong Kalurahan lain kalau mengantar ijab di KUA Bantul dan harus lewat perempatan itu. Nah, setelah lewat perempatan itu mobilnya macet berkali-kali, entah hanya kebetulan atau apa. Yang jelas mobilnya mobil keluaran baru itu," ucapnya.Meski demikian, Purwanto mengembalikan kepada masing-masing terkait mitos itu. "Ya kalau masyarakat masih percaya walaupun tidak sekuat dulu. Karena sebetulnya itu berlaku untuk warga yang tahu dan percaya," ujarnya.Selengkapnya di halaman selanjutnyaSementara itu, warga Kalurahan Trirenggo yang rumahnya berdekatan dengan Palbapang, Maryatno (53) mengaku beberapa kali ikut mengantar tetangganya untuk menikah. Rutenya harus melintasi simpang empat Palbapang."Secara umum kenapa manten lewat sana dilarang karena masih mempercayai mitos itu, dan sampai saat ini masih (mitos), bahkan kalau ada yang besanan di Srandakan disarankan tidak lewat ngepal (simpang empat Palbapang), di tempat saya masih seperti itu," ujar Maryanto."Jadi calon manten yang tidak boleh lewat, takutnya nyuwun sewu (maaf) di tengah perjalanan dalam pernikahan itu tidak langgeng. Tapi semua kembali ke kepercayaan masing-masing," imbuhnya.Apabila terpaksa melintas simpang empat itu, dia mengungkapkan, harus melepaskan ayam sebagai perwujudan sedekah."Ya itu hanya tolak bala, kalau perspektif saya, kalau menurut agama itu sedekah menjauhkan dari mara bahaya. Karena nanti ayam beranak pinak dan bermanfaat bagi yang lain," ucapnya.Baca juga: Sosok 'Pocong Sumi' di Balik Kisah Mistis Kediaman Eks Menag di JogjaCerita Warga soal Ayam yang Dilepas di Simpang Empat PalbapangWarga Pedukuhan Bolon, Palbapang, Ngadimin (64) mengatakan ia kerap mengetahui orang-orang menaruh sesajen dan melepaskan ayam di simpang empat Palbapang. Ia melihat langsung karena berpuluh-puluh tahun membuka jasa sol sepatu di simpang empat tersebut.Simpang empat Palbapang di Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Jumat (8/9/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja"Saya dulu sering dipasrahi untuk menaruh sajen-sajen itu di simpang empat Palbapang. Terus yang buang ayam hidup itu juga masih berjalan tapi sekarang sudah jarang," ujar Ngadimin."Ayamnya itu ayam hidup, ukuran kecil bisa. Biasanya mereka melepaskan ayam saat mau berangkat, turun, dan menaruh sajen pisang raja dan melepaskan ayam," lanjut Ngadimin.Menurutnya, jika ada orang yang melepaskan ayam di simpang empat Palbapang menjadi berkah bagi masyarakat sekitar. Mengingat nantinya ayam tersebut bakal menjadi rebutan warga."Diambil orang, untuk rebutan. Biasanya ayam jago ada, babon ada. Saya sendiri juga sering mengejar ayam itu, kalau sajen pisang raja yang saya ambil, kalau nasinya tidak," imbuhnya.Ngadimin menambahkan, calon pengantin yang mengetahui mitos di simpang empat Palbapang itu maka akan melakukan hal tersebut. Tapi jika tidak tahu maka tidak apa-apa."Kalau sudah tahu bawa ayam untuk dilepaskan di simpang empat. Tapi kalau tidak tahu ya lewat saja tidak apa-apa," ujarnya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya