Masyarakat Jawa memiliki aksara tradisional yang disebut sebagai Hanacaraka. Simak serba-serbi Hanacaraka berikut ini.Dalam menciptakan karya tulis tradisional, masyarakat Jawa menggunakan aksara yang disebut sebagai Hanacaraka. Aksara tradisional satu ini terus dikembangkan dan dilestarikan masyarakat Jawa dari dulu hingga sekarang. Tidak hanya sebatas huruf yang digunakan sebagai karya tulis, Hanacaraka juga ternyata memiliki makna yang mendalam bagi kehidupan masyarakat Jawa.Mengutip laman Dinas Kebudayaan DIY, Hanacaraka bahkan dijadikan sebagai salah satu titel Kota Jogja pada 8 September 2021. Sebenarnya Hanacaraka itu apa, sih? Berikut pembahasan mengenai Hanacaraka yang sudah dihimpun detikJateng.Pengertian HanacarakaHanacaraka merupakan aksara yang digunakan oleh orang Jawa dalam mengembangkan tradisi tulis mereka. Oleh karena itu, Hanacaraka juga disebut sebagai aksara Jawa. Mengutip buku 'Hakikat Ilmu Pengetahuan Budaya' (2018) oleh Rahayu Surtiati Hidayat, Hanacaraka berasal dari huruf Dewanagari, India. Huruf Hanacaraka berjumlah 20, yaitu ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, dan nga.Baca juga: Apa Itu Hanacaraka? Mengenal Berbagai Jenis Aksara Jawa dan FungsinyaMakna HanacarakaHanacaraka bukan hanya sebatas aksara yang digunakan oleh masyarakat Jawa dalam karya tulis mereka, melainkan memiliki makna filosofis yang mendalam bagi kehidupan manusia. Dikutip dari laman Universitas Surabaya, berikut makna-makna yang terkandung dalam Hanacaraka.Ha Na Ca Ra Ka memiliki arti "Ono utasing pangeran" (Adanya utusan Tuhan). Manusia diciptakan Tuhan untuk menjaga kelestarian hidup manusia dan kelestarian alam (Hamemayu Hayuning Bawono).Da Ta Sa Wa La memiliki arti "Ora biso suwolo kabeh wus ginaris kodrat" (Tidak bisa diingkari bahwa semua sudah menjadi kodrat Tuhan). Segala sesuatu yang ada di dunia ini telah digariskan oleh Tuhan. Manusia cukup menjalankannya saja sesuai dengan lakon yang diperankan.Pa Dha Ja Ya Nya memiliki arti "Kanti tetimbangan kang podo sak jodo anane" (Tuhan menciptakan sesuatu di dunia dengan pertimbangan dan berpasangan). Dalam kehidupan, akan selalu dijumpai kondisi-kondisi dimana hal-hal memiliki pasangan masing-masing. Manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi yang ada tersebut.Ma Ga Ba Tha Nga memiliki arti "Manungso kinodrat dosa, lali, lupu, apes, lan mati" (Manusia pasti memiliki dosa, lupa, kesalahan, kesialan, dan mati). Tidak ada manusia yang lepas dari kekurangan karena hal tersebut telah menjadi kodrat manusia. Adanya kekurangan tersebut seharusnya dapat menjadi bahan kewaspadaan bahwa manusia harus selalu eling lan waspodo (ingat dan waspada).Baca juga: Cara Menulis Aksara Jawa untuk Pemula, Mengenal Bentuk Huruf dan SandhanganJenis HanacarakaMengutip buku 'Bahasa Jawa SMA' (2009) oleh Setya Amrih Prasaja, Hanacaraka terbagi menjadi beberapa jenis berbeda yang saling berkesinambungan, yaitu:- Aksara WyanjanaAksara Wyanjana juga dikenal sebagai aksara nglegena. Aksara yang berjumlah 20 buah ini hadir dalam bentuk suku kata terbuka {a} yang dalam istilah Jawa disebut sebagai aksara wuda (telanjang) karena belum mendapatkan imbuhan atau sandhangan.- Aksara MurdaAksara Murda merupakan aksara-aksara yang dikategorikan sebagai bentuk kapital aksara Jawa. Jumlah aksara Murda ada delapan dan ditambah satu aksara "sa" yang jarang dikenal dan hampir hilang dari susunan aksara Jawa di masa sekarang.- Aksara RekanAksara Rekan adalah aksara yang ditambahkan ke dalam susunan aksara Jawa untuk melengkapi dan menuliskan ejaan huruf yang utamanya diadopsi dari kosakata bahasa Arab. Jumlah aksara Rekan tidak dibatasi, tergantung dari ketersediaan aksara tersebut sudah cukup memadai atau belum untuk menulis kosakata asing dan bisa bertambah sesuai kebutuhan.- Aksara SwaraAksara Swara adalah aksara Jawa yang fungsinya hampir sama dengan aksara Murda, yakni sebagai pelengkap aksara Jawa yang kini digunakan sebagai pelengkap penulisan kata-kata pinjaman dari bahasa-bahasa asing.- Aksara WilanganAksara Wilangan adalah aksara Jawa yang berfungsi untuk menuliskan angka-angka dalam aksara Jawa.- Aksara SandhanganAksara Sandhangan merupakan aksara pelengkap yang berupa simbol-simbol tertentu dan berfungsi untuk mengubah bunyi aksara-aksara yang terbaca nglegena atau terbuka.- AdegAdeg merupakan pelengkap dalam aksara Jawa yang berupa tanda baca. Adeg terdiri dari simbol-simbol tertentu yang berfungsi seperti tanda baca pada sistem alfabet lainnya.Itulah serba-serbi Hanacaraka mulai dari pengertian, makna, hingga jenisnya. Semoga bermanfaat, Lur!