Sumur Jobong Bukti Peneleh Kampung Tertua di Surabaya?

Sumur Jobong Bukti Peneleh Kampung Tertua di Surabaya?

dpe2023/07/05 19:19:43 WIB
Sumur Jobong yang berasal dari era Majapahit, yang ditemukan di Jalan Pandean Gang I, Peneleh, Surabaya. (Foto: Wisnu Setiadarma/detikJatim)

Kawasan Peneleh diduga merupakan kampung tertua di Surabaya dengan adanya temuan Sumur Jobong peninggalan era Kerajaan Majapahit. Keberadaan sumur itu dikuatkan dengan temuan tulang manusia yang diperkirakan hidup 593 tahun silam atau pada tahun 1430-an.Sumur Jobong itu ditemukan di Jalan Pandean Gang I, RT 01, RW 13, Kelurahan Peneleh pada akhir 2018. Sumur tua itu ditemukan secara tidak sengaja saat warga dan pekerja Pemkot Surabaya sedang melakukan penggalian saluran air untuk mengatasi banjir.Dosen sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Adrian Perkasa menyebutkan bahwa temuan sumur itu sempat memunculkan ketegangan antara warga dengan sejarawan dan arkeolog yang datang untuk melakukan penelitian.Baca juga: Menelusuri Jejak Kampung Tertua di SurabayaAdrian mengakui ada sedikit konflik yang dilandasi perbedaan pendapat antara warga dengan para peneliti saat itu. Warga ingin agar proyek saluran air itu tetap jalan, sedangkan para peneliti ingin proyek itu dihentikan sementara."Supaya tidak berlarut-larut, saya mengusulkan untuk menjabarkan duduk perkaranya secara objektif supaya penelitian Sumur Jobong dan pembangunan saluran air itu bisa tetap jalan," kata Adrian kepada detikJatim, Senin (5/7/2023).Proses penemuan Sumur Jobong di Jalan Pandean Gang I pada 2018. (Foto: Istimewa/dok. Ida Armawati, warga Peneleh)"Saat itu saya menyampaikan sedikit saran, bagaimana jika proyek saluran airnya dibelokkan. Contohnya seperti di gang 7, yang lokasinya dekat dengan rumah HOS Cokroaminoto," ujarnya.Lantaran keduanya sama-sama tinggi urgensinya, Adrian berkata bahwa meski perlindungan terhadap sumur yang baru saja ditemukan itu penting, jangan sampai penelitian itu mengganggu proyek saluran air warga.Baca juga: Tradisi Pencak Sumping, Bela Diri Kuno yang Ada di Momen Lebaran HajiSetelah berselisih pendapat, Adrian menyebutkan akhirnya konflik itu bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Penelitian terhadap sumur Jobong bisa berjalan dan proyek saluran air pun hasilnya tidak sampai melenceng dari yang diharapkan."Pada intinya, yang terpenting adalah sumur Jobong ini masih tetap ada di lokasi asalnya, karena sumur itu adalah bukti utama yang mendukung hipotesis bahwa Kampung Peneleh dulunya merupakan situs Kerajaan Majapahit," tandasnya.Seperti disebutkan oleh Adrian, para peneliti menganggap bahwa temuan Sumur Jobong di Kampung Pandean sebagai artefak peninggalan Kerajaan Majapahit memang membuktikan sesuatu.Terbukti ada sejak zaman Majapahit. Baca di halaman selanjutnya.Salah satu Tim Arkeologi Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) XI Jatim Muhammad Ichwan mengenang keterlibatannya ketika Sumur Jobong ditemukan di Pandean. Dia ceritakan bahwa saat itu BPK IV Jatim menerima surat dari Pemkot Surabaya soal temuan sumur itu pada Kamis 1 November 2018."Langsung besoknya saya bersama teman di BPK, Mbak Missa Demettawati berangkat dari Mojokerto ke Surabaya. Seharian itu kami melakukan peninjauan di sumur itu," kata Ichwan kepada detikJatim.Begitu tiba di lokasi dia melihat sumur di tengah jalan kampung padat penduduk itu memang berbeda dari sumur biasanya. Dari hasil pengamatannya, Ichwan menyimpulkan sumur itu sejenis dengan sumur-sumur di Trowulan.Ada 3 jenis sumur peninggalan era Majapahit berdasarkan bahan dan bentuknya. Pertama yang berbentuk persegi dengan dinding tersusun dari bata, lalu yang berbentuk silinder atau lengkungan dengan dinding dari bata, dan bentuk silinder dengan dinding dari 'jobong' atau tanah liat yang dibakar.Baca juga: Ngabuburit di Perkampungan ala Belanda Kayutangan Kota Malang Yuk!"Sumur yang ditemukan di Pandean itu jenis yang terakhir. Jenis yang disusun dari 'jobong' dan memiliki kesamaan dengan sejumlah sumur sejenis yang ditemukan di Trowulan atau Jombang. Bisa disimpulkan sumur di Pandean juga berasal dari era Kerajaan Majapahit," katanya.Ketuaan umur kampung Pandean dan perkampungan Peneleh secara umum semakin diperkuat dengan temuan tulang belulang manusia di dalamnya, yang kemudian diuji karbon untuk mengetahui usianya.Sumur Jobong di Jalan Pandean Gang I, Peneleh. Foto: Wisnu Setiadarma/detikJatimDisbudpar Kota Surabaya berinisiatif mengirim tulang itu ke Departemen Antropologi Unair untuk diteliti lebih lanjut. Sampel tulang itu lantas dikirim ke Australian National University, Canberra untuk diuji karbon.Prof Dr Purnawan Basundoro, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unair membenarkan tentang proses uji karbon di Australia itu. Ada 2 tulang yang dikirimkan sehingga muncul 2 hasil uji karbon usia keduanya.Baca juga: SDN Sulung, Sekolah yang Jadi Bukti Bung Karno Lahir di Surabaya"Hasil uji karbon itu menunjukkan bahwa tulang pertama itu mengacu pada periode antara tahun 1430-1600 Masehi. Sedangkan tulang kedua mengacu pada periode 1640," kata Purnawan.Berdasarkan hasil uji karbon yang menunjukkan usia tulang dengan periode tahun itu, Purnawan mengatakan bahwa bisa dibilang tulang itu berasal dari individu yang hidup di era Kerajaan Majapahit.Seperti diketahui Kerajaan Majapahit berdiri di abad ke-13 hingga abad ke-16, tepatnya pada rentang tahun 1293-1527 Masehi. Umur tulang di Sumur Jobong itu membuktikan sudah ada kehidupan di kampung Pandean ketika Majapahit masih eksis.Tapi apakah fakta-fakta itu bisa membuktikan bahwa Pandean atau Peneleh merupakan kampung atau perkampungan tertua, bahkan yang pertama ada di Surabaya?Peneleh kampung tertua di Surabaya? Baca halaman selanjutnya.Klaim bahwa kawasan Peneleh merupakan kampung tertua atau bahkan yang pertama di Surabaya didasarkan pada Prasasti Canggu atau Trowulan I yang dikeluarkan Raja Hayam Wuruk pada 7 Juli 1358.Wilayah Peneleh sekarang dipercaya merupakan wilayah Desa Curabhaya, salah satu Naditira Pradeca atau desa pengelola penyeberangan yang disebut dalam prasasti, dan menjadi cikal bakal nama Kota Surabaya.Pendapat itu juga dikaitkan dengan hipotesis G H Von Faber, jurnalis berdarah Jerman-Belanda kelahiran Surabaya dalam bukunya 'Er Werd Een Stad Geboren' (1953). Dia menulis bahwa Surabaya sudah ada sejak 1275, dan lokasinya ada di delta sungai antara Kalimas dan Pegirian.Tim Arkeologi Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) XI Jatim Muhammad Ichwan menyebutkan bahwa Sumur Jobong dengan jenis yang ditemukan di Pandean Gang I banyak ditemukan wilayah pusat peradaban di Kerajaan Majapahit.Baca juga: Melihat Kampung Dolmen di Bondowoso, Desa Bertebar Benda Zaman PrasejarahPusat peradaban kerajaan Majapahit yang dia maksud bisa berupa perkampungan penduduk maupun tempat-tempat pertapaan kuno yang pernah eksis ketika Kerajaan Majapahit masih berdiri.Lantas, apakah sumur itu bisa menjadi bukti bahwa Peneleh merupakan 'Perkampungan Tertua' di Surabaya? Ichwan mengatakan bahwa mengenai hal itu belum ada penelitian lebih lanjut."Kalau dibilang perkampungan tertua ya belum tentu, tidak ada yang bisa memastikan karena belum ada penelitiannya," ujarnya kepada detikJatim.Peta kampung Peneleh. (Foto: Wisnu Setiadarma/detikJatim)Ichwan menduga bahwa munculnya narasi bahwa Kampun Pandean atau perkampungan Pandean adalah yang 'tertua' karena penemuan itu sangat jarang terjadi. Umumnya temuan di kawasan Peneleh berasal dari masa kolonial, salah satunya Makam Peneleh."Mungkin karena umumnya, kan, penemuan di Peneleh itu dari zaman Kolonial, kok ini tiba-tiba ditemukan dari zaman klasik berbentuk sumur. Temuan Hindu Budha di Surabaya kan jarang, tapi sekarang ditemukan. Tapi sumur itu nggak bisa menjawab (sebagai kampung tertua)," ujarnya.Baca juga: 5 Kelenteng Tertua di Jawa Timur, Paling Tua Usianya 2,5 AbadHal senada disampaikan Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya Surabaya Purnawan Basundoro. Menurutnya, temuan tulang dengan usia hampir 600 tahun di Sumur Jobong tidak bisa menjadi bukti bahwa Kampung Peneleh kampung pertama atau tertua di Surabaya."Kalau kampung pertama atau ke berapa itu sulit. Karena temuannya satu titik. Bisa jadi di tempat lain ditemukan artefak lain, karena kita tidak pernah melakukan ekskavasi atau penggalian" katanya.Dia mengakui bahwa hingga saat ini belum ada penemuan serupa yang dinyatakan lebih tua dari Sumur Jobong dan tulang belulang di Kampung Peneleh yang ditemukan secara tidak sengaja.Meski demikian, Purnawan yang juga merupakan Dekan FIB Unair menjelaskan, bila dilihat dari peta tertua tahun 1600-an, sudah ada banyak kampung di kanan kiri sungai dan Peneleh adalah salah satunya."Maka, bisa ditarik kesimpulan bahwa Kampung Peneleh sudah ada sejak zaman Majapahit, diperkuat dari temuan Sumur Jobong dan hasil uji karbon tulang. Tetapi tidak bisa disebut kampung pertama atau tertua, tapi masih bisa dikatakan salah satu kampung tertua di Surabaya," ujarnya.Tulisan ini merupakan hasil karya para mahasiswa peserta Magang Merdeka di detikJatim

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya