Riya' merupakan salah satu sifat tercela dan termasuk sebagai penyakit hati. Riya' sangat dianjurkan untuk dihindari karena memberikan dampak negatif.Riya' rentan terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk dalam hal beribadah, beramal, maupun dalam kehidupan bersosial, terlebih lagi karena zaman semakin berkembang dan selalu terdapat perasaan ingin memberitahu semua orang melalui media sosial terkait apa yang telah dilakukan.Baca juga: Hadits Tentang Larangan Sikap Berlebih-lebihan, Hindari Agar Tak TerjerumusRiya' Menurut Pandangan IslamBerdasarkan buku Tasawuf dan Pendidikan Karakter yang ditulis oleh Dr. H. Subaidi, M.Pd dan Dr. H. Barowi, M.Ag, kata riya' diambil dari bahasa Arab ar-riya'u yang artinya memperlihatkan atau pamer. Dalam hal ini, riyrataa' adalah memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik berupa barang maupun perbuatan baik yang dilakukan dengan tujuan agar orang lain dapat melihatnya lalu memujinya.Menurut pandangan Islam, sifat riya' merupakan salah satu sifat yang tercela dan juga termasuk tanda-tanda orang munafik. Hal tersebut didukung oleh pendapat Imam Nawawi melalui perspektif tasawuf bahwa riya' adalah bagian dari bentuk syirik tersembunyi yang bisa merusak ibadah. Adapun kebaikan yang dilakukan tidak akan bernilai baik di hadapan Allah.Ustadz Rusdianto dalam bukunya Selamatkan Dirimu dari Azab Neraka! menyebutkan, Rasulullah menegaskan bahwa riya' termasuk syirik khafi (samar dan tersembunyi) sebab riya' berkaitan dengan niat dan amalan hati yang hanya diketahui oleh Allah semata. Rasulullah pun merasa khawatir apabila riya' menimpa para sahabat dan umatnya yang lain.Kekhawatiran Rasulullah terhadap riya' lebih besar daripada kekhawatiran terhadap ancaman fitnah Dajjal. Hal tersebut disebabkan karena hanya sedikit orang yang bisa selamat dari perangkap bahaya riya' ini. Fitnah Dajjal hanya menimpa orang-orang yang hidup pada zaman tertentu sementara bahaya riya' dapat menimpa seluruh manusia di setiap zaman.Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahkan menuturkan, "Tanda-tanda manusia yang suka pamer diri (perilaku riya') itu ada tiga: malas berbuat sesuatu jika sedang sendirian, semangat mengerjakan sesuatu jika dilihat manusia, bertambah semangat berbuat jika dipuji orang dan malas berbuat jika dicibir orang."Larangan Berbuat Riya'Rasulullah pernah bersabda: "Takutlah kalian kepada syirik kecil." Para sahabatnya bertanya: "Wahai utusan Allah, apa yang sejatinya dimaksud dengan syirik kecil itu?"Rasulullah berujar, "Yaitu sifat riya' (pamer diri). Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya'. Pergilah kalian kepada mereka, dimana kalian dulu pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa hidup di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka?" (HR Ahmad).Senada dengan hadits tersebut, merangkum buku Bila Hati Telah Mati yang ditulis oleh Muhammad Shayyim, riya' yang merasuki hati manusia akan menyebabkan tindak kesyirikan kecil (samar) yang dapat menggerus ketauhidan. Ibadah yang tidak murni (ikhlas) akan menyebabkan matinya hati.Allah bahkan mencela para pelaku riya' baik dalam amal ritual maupun amal sosial. Hal tersebut tercantum dalam firman-Nya surat Al Ma'un ayat 4-7,فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖArtinya: Maka celakalah orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya, yang berbuat riya', dan enggan (memberikan) bantuan.Selain itu, Rasulullah SAW juga berpesan pada umatnya. Ketika itu beliau ditanya seorang sahabat, "Wahai utusan Allah. Bagaimanakah cara terbaik menyelamatkan diri?" Rasulullah SAW menjawab, "Hendaknya seorang hamba tidak meniatkan laku ketaatannya kepada Allah untuk mencari pujian manusia." (HR At Tirmidzi).Cara Menjauhi Riya'Lawan kata riya' adalah ikhlas. Oleh karena itu, cara paling utama dalam menjauhi riya' adalah menerapkan keikhlasan setiap melaksanakan sesuatu. Masih dikutip dari sumber yang sama, menurut pendapat Al Ghazali, terdapat dua jenis keikhlasan yakni taqarrub ilallah dan tsawab.Taqarrub ilallah adalah ikhlas beramal dan beribadah, artinya seorang hamba ingin mendekatkan diri kepada Allah. Adapun tsawab adalah ikhlas mencari pahala, artinya keinginan memperoleh manfaat akhirat dengan amal hasanah. Dengan menerapkan sikap ikhlas, maka seseorang dapat dijauhkan dari riya'.Tentu saja itu bukanlah hal yang mudah. Namun, apabila umat muslim sudah terbiasa berniat beribadah hanya untuk mengharapkan ridho Allah saja dan tidak memikirkan repurtasi di kalangan sesama umat muslim, maka ibadahnya akan terhitung sebagai ibadah yang baik.Dinukil dari buku Ikhlas karya Dr. Umar Sulaiman al-Asygar, sebagian ulama Hanafi menganggap bahwa orang yang sholat karena ingin dilihat dan didengar orang lain maka sholatnya tetap sah karena syarat dan rukunnya sudah terpenuhi, tetapi ia tidak mendapatkan pahala karena niatnya yang tidak ikhlas.Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pentingnya menjauhi bahaya riya' sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW. Adapun untuk melawan sifat riya' tersebut diperlukan pembiasaan diri pada sifat ikhlas.Baca juga: 5 Perkara yang Gugurkan Amal Sholeh, Ada Iri hingga Dzalimi Orang Lain