Viral Divonis 15 Dokter RI Harus Ganti Lutut, Pas ke LN 'Sembuh' Cuma Ditempel Koyo

Viral Divonis 15 Dokter RI Harus Ganti Lutut, Pas ke LN 'Sembuh' Cuma Ditempel Koyo

naf2023/05/30 16:40:01 WIB
Heboh curhatan viral di medsos soal beda pengobatan di Indonesia vs Malaysia. (Foto ilustrasi: Getty Images/Juanmonino)

Baru-baru ini heboh cerita pasien yang mengaku 'sembuh' pasca menjalani pengobatan di Penang, Malaysia. Pasalnya, sebelumnya ia disebut-sebut mendapatkan 15 vonis dokter yang mengharuskannya menjalani operasi pergantian tempurung lutut dengan biaya kurang lebih Rp 150 juta.Ia juga bercerita dalam kasus lain, pasien yang mengalami pergeseran tulang belakang di Indonesia, saat dibawa ke Penang, hanya ditempeli 'koyo' untuk kemudian sembuh."Satu lagi udah MRI di Indo divonis pergeseran tulang belakang. Di Penang cuma suruh pake koyo aja," lanjut dia.Spesialis orthopedi dr Asa Ibrahim buka suara. Ia meyakini 'koyo' yang dimaksud bisa jadi merupakan patch fentanyl."Koyo itu patch fentanyl mungkin, obat nyeri golongan opioid yang sangat kuat, begitu nggak ditempel, ya nggak sakit lagi," terang dia dalam akun Twitter pribadinya, dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan, Selasa (30/5/2023)."Orang penyakitnya masih ada," tegas dia.Dikutip dari Medical News Today, fentanil patch diberikan melalui patch transdermal yang melekat pada kulit. Tambalan ini bekerja dengan melepaskan fentanil secara perlahan melalui kulit ke aliran darah selama 20 hingga 72 jam.Dokter hanya dapat memberikan tambalan fentanil kepada orang yang sudah toleran terhadap terapi opioid. Karena sudah diserap melalui kulit, fentanil dapat terus efektif selama 13-24 jam setelah tambalan dilepas. Namun, hal ini bergantung pada bagaimana kulit setiap orang menyerap obat tersebut.Intinya, efeknya tidak untuk dalam jangka waktu panjang.Baca juga: Viral Curhat Divonis 15 Dokter RI Harus Ganti Lutut, Tapi Sembuh Tanpa Operasi di LN

Kenapa Butuh Operasi?Opsi untuk tidak menjalani pengobatan dengan operasi ditegaskan dr Asa hanya bisa mengurangi rasa nyeri, kaku, dan keluhan lainnya pada lutut. Bila ingin perbaikan dalam jangka waktu panjang, pasien tetap perlu melakukan operasi kerusakan sendi, menggantinya dengan permukaan sendi baru.Spesialis orthopedi dr Asa Ibrahim ikut menanggapi cuitan viral ini dengan menjelaskan kondisi yang memungkinkan seseorang butuh tindakan pergantian lutut. detikcom sebelumnya sudah mendapatkan izin mengutip cuitan dr Asa dalam akun Twitter pribadinya.Menurutnya, operasi pergantian lutut kerap dipicu osteoarthritis atau pengapuran, saat sendi lutut sudah terlampau rusak berat. Karenanya, pilihan untuk mengatasinya dengan operasi yakni mengganti permukaaan sendi yang rusak dengan permukaan sendi baru.Bila ditangani tanpa operasi, hanya efektif untuk mengurangi rasa nyeri, kaku, dan gejala lain. "Caranya dengan obat, fisioterapi, suntik, jaga aktivitas, turun berat badan dan sebagainya," terang dia.Baca juga: Kemenkes Tanggapi Heboh Pasien Pilih ke Penang dibanding Operasi Lutut di RINEXT: Banyak pasien yang memilih tidak operasiTentu, jika menjalani pengobatan tanpa operasi, tidak lantas membuat tulang yang bengkok kemudian mendadak kembali lurus, atau permukaan sendi yang rusak oomatis menjadi kembali 'mulus'."Tapi, hanya mengurangi gejala, lebih enak, lebih nyaman untuk saat ini," kata dr Asa.Karenanya, jika ada dokter menyarankan untuk menjalani operasi, terlebih dari 15 dokter memberikan saran yang sama, bisa dipastikan kondisi pengapuran lutut dalam tahap parah dan sulit untuk kembali sembuh tanpa tindakan tersebut.Baca juga: Viral Curhat Divonis 15 Dokter RI Harus Ganti Lutut, Tapi Sembuh Tanpa Operasi di LN"Pasien-pasien saya pun lebih banyak memilih tidak operasi meskipun sudah parah, iya nggak apa-apa tapi pasien harus paham tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi gejala," beber dr Asa."Sehingga cerita dilanjutkan lagi seharusnya, sekarang kondisi gimana? Sudah sembuh? Apa mungkin ada pengobatan bikin orang jadi anak muda lagi? Kalau bisa share ronsennya," kata dr Asa.Selama ini, dokter-dokter di Indonesia juga terbiasa memberikan pengobatan tanpa operasi bagi pasien yang enggan menjalani tindakan tersebut. Adapun hal-hal yang dilakukan untuk meredakan gejala adalah dengan pemberian obat, fisioterapi, suntik, menjaga aktivitas, pengendalian berat badan, dan sebagainya.Baca juga: Pakar Sentil Curhat Netizen Bandingkan Vonis Dokter RI Vs Malaysia soal Ganti Lutut

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya