Pengembangan literasi tidak luput dari peran perpustakaan di tanah air. Oleh karena itu, peringatan Hari Ulang Tahun Perpustakaan Nasional atau Perpusnas setiap tanggal 17 Mei bisa menjadi momentum untuk mengingatkan pentingnya keberadaan lembaga ini terhadap peradaban.Peringatan tersebut mengacu pada pencanangan Perpusnas oleh Daoed Joesoef, di tahun 1980. Kala itu, dia menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian, sejak 17 Mei 2002, peringatan terkait kesadaran literasi ini pun bertambah dengan Hari Buku Nasional atau Harbuknas yang dicetuskan oleh Abdul Malik Fadjar sebagai Menteri Pendidikan saat itu.Baca juga: 35 Film Terbaru yang Tayang di Bioskop Tahun 2023 dan Informasi LengkapnyaHUT Perpustakaan ataupun Harbuknas, seharusnya bisa menjadi momentum bahwa peradaban kehidupan manusia dari sektor Pendidikan yang menjalankan tridharma tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan perpustakaan.Bahkan, dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 menyebutkan bahwa keberadaan perpustakaan tidak bisa dipisahkan dari peradaban dan budaya umat manusia.Adanya perpustakaan bisa melahirkan masyarakat yang cerdas dan sejahtera karena beradab, berpendidikan dan berbudaya. Hal ini bisa terpenuhi karena perpustakaan merupakan sumber belajar, pusat sumber informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, hingga kebudayaan.Perpustakaan memiliki peran SDGs (Sustainable Development Goals) dalam pembangunan global, yakni untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan, pendidikan bermutu, kesetaraan gender, akses air bersih dan sanitasi, serta energi bersih dan terjangkau.Deputi PSDM Perpustakaan Nasional Adin Bondar menyatakan, kegemaran membaca dan literasi adalah tanggung jawab bersama. Karena itu, pihaknya berusaha menjadikan kegemaran membaca dan literasi menjadi satu gerakan nasional sekaligus gerakan sosial yang tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah daerah dan masyarakat di dalamnya.Dalam program tersebut membutuhkan anggaran untuk penyelenggaraan kegiatan Stakeholder Meeting Nasional (SMN). Kegiatan ini menjadi salah satu tahapan yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional 2020-2024. Program ini dilakukan untuk membantu UMKM Koperasi dan Ekonomi Kreatif dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID.TPBIS merupakan bagian dari program prioritas nasional dengan tujuan untuk memperkuat peran dan fungsi perpustakaan melalui peningkatan kualitas layanan perpustakaan umum.Dalam penguatan budaya literasi, secara nyata kegiatan TPBIS yang telah berjalan sejak tahun 2018 ini mengupayakan terjadinya peningkatan literasi masyarakat, kemandirian masyarakat sehingga masyarakat menjadi sejahtera.Melalui kegiatan SMN, seluruh peserta diharapkan dapat menciptakan produk barang dan jasa yang dapat dipasarkan secara luas dan dapat meningkatkan kesejahteraan sebagai tindak lanjut pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19.Sejarah Hari Ulang Tahun PerpusnasSecara kelembagaan, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) didirikan pada tahun 1989 didasarkan pada keputusan presiden nomor 11 tahun 1989. Keputusan ini menyatakan bahwa Perpusnas RI merupakan gabungan tiga lembaga, yaitu Pusat Pembinaan Perpustakaan, Perpustakaan Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan hingga Perpustakaan Wilayah di Provinsi. Ketiganya menjadi satuan organisasi yang melaksanakan fungsi dan tugas Perpustakaan Nasional.Perpustakaan Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sudah ada lebih dahulu dan diresmikan pada tanggal 17 Mei 1980 berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0164/0/1980. Dari sinilah tanggal 17 Mei 1980 menjadi patokan hari peringatan ulang tahun Perpustakaan Nasional RI.Dilansir dari Undip.ac.id, awal berdirinya PNRI merupakan dampak dari budaya bangsa barat di abad ke-16 saat berkunjung ke Indonesia. Awalnya, perpustakaan mulai didirikan dengan tujuan untuk menunjang program agama mereka sehingga perpustakaan awal berdiri di gereja pada zaman VOC (Vereenigde OosJurnal Indische Compagnie) di Batavia (Jakarta).Memiliki nama awal Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW), lembaga ini dipelopori oleh Dewan Hindia Belanda Mr. J. C. M. Rademaker dengan melakukan pengumpulan buku dan manuskrip untuk koleksi perpustakaan.Pada tahun 1950, namanya berubah menjadi lembaga Kebudayaan Indonesia karena sudah diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan namanya pun diubah menjadi museum pusat sehingga dikenal dengan perpustakaan umum pusat.Tidak berhenti di situ namanya pun terus berganti menjadi Museum Nasional, sedangkan perpustakaan dikenal dengan nama Perpustakaan Museum Nasional yang kemudian digabung ke Pusat Pembinaan Perpustakaan pada tahun 1980. Akhirnya Pada tahun 1989, terjadi perubahan kembali. Pusat Pembinaan Perpustakaan disatukan menjadi bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.