Sejarah Masjid Agung Demak: Masjid yang Digunakan Wali Songo Berkumpul

Sejarah Masjid Agung Demak: Masjid yang Digunakan Wali Songo Berkumpul

ams2023/05/08 19:26:38 WIB
Suasana Masjid Agung Demak, Senin (9/1/2023). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

Masjid Agung Demak adalah masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid ini dibangun oleh Raden Patah dan wali songo pada abad ke-15 dan digunakan sebagai tempat berkumpul oleh wali songo. Lantas, bagaimana sejarah Masjid Agung Demak? Berikut ini sejarah Masjid Agung Demak.Masjid yang berlokasi tidak jauh dari alun-alun Kabupaten Demak ini hingga saat ini masih aktif digunakan sebagai tempat peribadatan dan ziarah. Hampir setiap hari masjid ini ramai dikunjungi oleh masyarakat baik untuk beribadah, berziarah, maupun sekadar berkunjung saja.Mayoritas masyarakat tertarik untuk mengunjungi Masjid Agung Demak disebabkan karena nilai-nilai sejarah dan keindahan bangunan masjid yang megah, kharismatik, dan anggun, meskipun dibangun dengan gaya tradisional dan sederhana.Untuk menambah pengetahuan sebelum kamu mengunjungi Masjid Agung Demak, berikut sejarah Masjid Agung Demak seperti dikutip dari laman resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, Senin (8/5/2023).Baca juga: Sejarah Candi Ijo, Warisan Budaya Jogja Peninggalan Kerajaan Mataram KunoSejarah Masjid Agung DemakMasjid Agung Demak termasuk ke dalam jajaran masjid tertua di Indonesia. Masjid ini dibangun pada abad ke-15 Masehi oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dan dibantu wali songo. Masjid ini terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Berdekatan dengan Alun-alun Demak, sehingga masjid ini mudah untuk ditemukan.Menurut sejumlah kisah atau cerita yang berkembang, Masjid Agung Demak dijadikan tempat oleh wali songo yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa untuk berkumpul. Hal inilah yang membuat Kabupaten Demak memperoleh julukan sebagai Kota Wali.Masjid yang didirikan oleh Raden Patah bersama dengan wali songo ini dibangun dengan bentuk dan gambaran laksana bulus yang merupakan candra sengkala memet bermakna sirno ilang kerthaning bumi.Jika dilihat dari sudut pandang filosofis bulus memberikan gambaran mengenai waktu atau tahun didirikannya Masjid Agung Demak yakni 1401 Saka. Bulus terdiri dari kepala bermakna 1, memiliki empat kaki bermakna 4, badan bulus berbentuk bulat dimaknai 0, dan ekornya bermakna 1.Selain itu juga ditemukan berbagai macam ornamen berbentuk bulus di dinding masjid. Hal itu membuktikan bahwa hewan bulus memang dijadikan sebagai simbol Masjid Agung Demak.Sementara dari segi arsitektur bangunan, Masjid Agung Demak menyimbolkan arsitektur bangunan bergaya tradisional Indonesia yang khas serta penuh makna. Meskipun dibangun dengan arsitektur tradisional dan sederhana, namun bangunan masjid mampu memberikan kesan mewah, megah, indah, anggun, dan berkarismatik.Bentuk atas masjid yang bersusun tiga berbentuk limas merupakan gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Sedangkan empat tiang utama di masjid yang akrab disebut dengan saka atau tatal dibuat secara langsung oleh para wali songo.Lalu di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Ampel, dan sebelah timur laut oleh Sunan Kalijaga.Baca juga: Sejarah Mangkunegaran: Daftar Adipati-Perkembangan Tata Kelola PemerintahanTerakhir bagian pintu masjid atau biasa disebut dengan nama Bledeg diyakini mampu menahan petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo bertuliskan Candra Sengkala yang berbunyi Nogo Mulat Sarira Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi.Demikian penjelasan mengenai sejarah Masjid Agung Demak. Semoga bermanfaat ya, Lur!Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya