Diisukan Punya Dua Isteri, Harmoko Empat Kali Jadi Menteri

Diisukan Punya Dua Isteri, Harmoko Empat Kali Jadi Menteri

jat2023/02/28 09:10:56 WIB
Foto: Dokumentasi detikcom

Minggu pagi, 13 Maret 1983. Telepon di rumah Harmoko berdering. Ternyata si penelepon adalah ajudan Presiden Soeharto. Dia menyampaikan pesan singkat agar Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu datang ke Cendana pukul 5 sore."Sendiri saja. Dan, tolong jangan omong siapa-siapa kalau Pak Harmoko dipanggil," si ajudan mewanti-wanti.Harmoko menuangkan hal itu dalam buku "Autobiografi Harmoko: Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi" yang diluncurkan pada Sabtu, 25 Februari 2023, di Jakarta Theater. Buku setebal 640 halaman itu, menulis Azisoko, putra Harmoko, ditulis sang ayah sejak 1999 hingga 2004. Azisoko, Ibu Tuti Try Sutrisno, Oetojo Oesman dan istri, Rahardi Ramelan, Hendardji Supandji, Theo L Sambuaga Foto: Dok. Azisoko HarmokoSaking rahasianya panggilan tersebut, Harmoko melanjutkan, selepas Ashar dia mengemudikan sendiri mobil Fiat 124 miliknya. Mobil bergerak pelan-pelan. Tidak ngebut. Ketika memasuki kawasan Cikini, tepatnya di Jalan Meutia, dia sempat bertegur sapa dengan Aktivis 66, Aulia Rahman, yang juga sedang membawa mobil.Baca juga: Sekali Lagi Berharap ke Penjaga Konstitusi Demi Koruptor Dihukum Mati"Mau ke mana?" Aulia bertanya dengan suara keras. "Putar-putar," jawab Harmoko, tanpa menyebut tujuan sebenarnya.Tiba di Cendana, rupanya di ruang tunggu sudah ada Sudjarwo, yang akan ditunjuk menjadi Menteri Kehutanan. Tapi Soeharto kemudian memanggil Harmoko lebih dulu. Setelah bersalaman, keduanya berbasa-basi sejenak. Setelah beberapa menit berlalu, barulah Soeharto masuk ke inti pembicaraan, meminta lelaki klimis kelahiran Kertosono-Nganjuk, Jawa Timur, 7 Frebuari 1939 itu untuk menjadi Menteri Penerangan, menggantikan Ali Moertopo.Antara terkejut dan tidak, Harmoko menerima permintaan dan siap menunaikan perintah tersebut. Beberapa hari sebelumnya nama dia memang telah digadang-gadang beberapa pihak masuk radar sebagai menteri. Tepatnya Menteri Muda Penerangan, mendampingi Ali Moertopo.Bagi Harmoko, Ali adalah sosok senior yang punya kedekatan khusus dengan Presiden Soeharto. Selain piawai dalam berpidato, jenderal bintang tiga itu juga merupakan tokoh intelijen yang pernah menjadi asisten Soeharto.Sebelum dipanggil ke Cendana, Harmoko mengaku menjalani semacam uji kepatutan. Atau klarifikasi khusus terkait isu yang pernah santer menghinggapinya. Adalah Moerdiono, asisten Menteri Sekretaris Negara yang menemuinya di sela rapat Badan Pekerja MPR pada awal Maret.Baca juga: Berkali-kali Warga Minta MK Bikin Aturan Hukuman Mati ke Koruptor"Ini sangat rahasia. Saya mau tanya terus terang, apakah betul Mas Harmoko punya istri dua?," tanya Moerdiono di sudut ruangan yang sepi. "Dari mana Pak Moer mendengar kabar itu?," timpal Harmoko.Dia lalu menjelaskan bahwa istrinya cuma satu: Sri Romadhiyati. Tidak ada yang namanya istri simpanan atau istri kedua. Setelah mendapat penegasan tersebut Moerdiono pun berlalu.Dalam perjalanannya, Presiden Soeharto rupanya berkenan dengan segala sepak terjang Harmoko sebagai Menteri Penerangan. Untuk periode pemerintahan 1988-1993, Soeharto kembali mempercayainya sebagai Menteri Penerangan. Bedanya, pemberitahuan disampaikan sambil mancing di Kepulauan Seribu. Kala itu turut diajak mancing Bustanil Arifin dan Ismail Saleh yang kemudian menjadi Menteri Koperasi dan Menteri Kehakiman.Untuk periode jabatan ketiga (1993-1998), Harmoko menerima perintah seusai dirinya salat tahajud dan bersiap untuk makan sahur. Didahulu dering telepon dari ajudan Presiden yang menyatakan Soeharto ingin berbicara. Tidak lama berselang, terdengar suara Soeharto, "Sedang apa, Harmoko?""Selesai salat tahajud dan mau sahur, Pak," jawab Harmoko. "Dalam Kabinet Pembangunan IV, saya masih memerlukan tenagamu lagi."Tak cukup tiga periode memimpin Departemen Penerangan, di kabinet terakhir Presiden Soeharto juga masih memberikan tugas kepada Harmoko sebagai Menteri Negara Urusan Khusus selama tiga bulan, Juni - September 1997. Sebab pada Oktober 1997 dia terpilih menjadi Ketua DPR/MPR-RI hingga Oktober 1999.Lihat juga Video 'Airlangga: Harmoko Tulang Punggung Golkar':

[Gambas:Video 20detik]

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya