Tak Semua Rumah Sakit di Jabar Miliki Serum Anti Bisa Ular

Tak Semua Rumah Sakit di Jabar Miliki Serum Anti Bisa Ular

ral2023/02/23 18:30:41 WIB
RSHS Bandung (Foto: Muklis Dinillah)

Kejadian mematikan akibat gigitan ular berbisa akhir-akhir ini menimpa beberapa orang di Jawa Barat. Kematian tak hanya dialami orang awam, para pecinta jenis ular juga mengalami hal serupa.Sekedar diketahui, gigitan ular berbisa menjadi kasus yang fatal apabila dialami seseorang. Racun ular seperti kobra, king kobra, hingga ular weling akan menjalar di kelenjar getah bening dan mengakibatkan pembuluh darah pecah lalu mengakibatkan orang yang digigit ular tersebut meninggal dunia.Baca juga: Peringatan Ujang Sang Pawang Ular soal Bahaya Pelihara King KobraSalah satu cara untuk mencegah terjadinya kematian akibat gigitan ular berbisa tersebut yaitu dengan menyuntikkan serum antibisa ular. Namun masalahnya, persediaan serum tersebut begitu terbatas, tak terkecuali di Jawa Barat.Ketua Tim Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat Yudi Koharudin menjelaskan, stok serum antibisa yang tersedia saat ini adalah antivenom import yang berada di RSHS Bandung. Serum itu pun hanya bisa digunakan sebagai antivenom untuk ular jenis King Kobra dan antivenom neuro polyvalent untuk ular weling serta ular neurotoksin.Yudi pun menyebut, untuk saat ini, persediaan antibisa yang dimiliki RSHS Bandung dari Kementerian Kesehatan yaitu 5 vial untuk antivenom ular jenis king kobra. Kemudian 5 vial antivenom neuro polyvalent untuk ular weling dan ular neurotoksin lain."Untuk serum antibisa ular BioSAVE (lokal buatan Biofarma) itu tidak tersedia di provinsi, tetapi ada beberapa kabupaten/kota yang pengadaan sendiri," kata Yudi saat berbincang dengan detikJabar via sambungan telepon, Kamis (23/2/2023).Yudi menjelaskan tak semua rumah sakit memiliki persediaan antivenom lantaran kejadian akibat gigitan ular jarang terjadi di Jawa Barat. Namun demikian, ia tidak menampik beberapa kasus yang terjadi begitu fatal hingga membuat seseorang meninggal dunia."Kalau laporan enggak begitu banyak, jarang. Tapi, masalahnya sekarang kan banyak yang memelihara ular berbisa yah. Nah ini juga jadi salah satu PR meskipun mereka sudah punya kemampuan misalnya dalam menangani ular berbisa itu," ungkap Yudi.Serum antibisa ular sendiri kata Yudi biasanya tersedia di beberapa puskesmas di Jawa Barat. Jika di puskesmas itu tidak ada, maka korban yang terkena gigitan ular berbisa bisa langsung dilarikan ke rumah sakit yang memiliki persediaan antivenom.Namun masalahnya menurut Yudi, kejadian akibat gigitan ular kerap menimpa warga yang sehari-hari beraktivitas di kebun atau di hutan. Sehingga, ketika mereka terkena gigitan ular tersebut, pertolongan akan sulit dilakukan lantaran jauhnya fasyankes yang memiliki stok antibisa ular.Baca juga: Stok Serum Anti Bisa Ular di Pangandaran Minim"Sebetulnya, kalau kita terkena gigitan ular berbisa, itu bisa datang langsung ke puskesmas. Kalau di puskesmas serumnya enggak ada, bisa langsung dilarikan ke rumah sakit supaya mendapat dosis suntikan serumnya," tuturnya."Tapi ini yang jadi permasalahan di kita. Contoh misalnya, kalau yang di kampung karena jauh ke fasyankes, itu yang kita kadang kala kesulitan. Kalau di kota kan bisa cepet penanganannya, tapi kalau petani di sawah itu yang beresiko. Akhirnya banyak kasus yang meninggal karena bisanya kuat dan dia jauh dari fasyankes," kata Yudi menambahkan.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya