Batik ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda (WBTB) untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO.Kegiatan membatik mulai berkembang di beberapa daerah di Jawa Barat pada abad ke-20. Seperti di Cirebon (Trusmi), Indramayu (Paoman), Ciamis, Tasikmalaya dan Garut yang masing-masing daerah memiliki corak atau motif tersendiri.Begitu halnya dengan Batik Lokatmala Sukabumi. Dalam perkembangannya corak batik Sukabumi ini dilatarbelakangi kehidupan masyarakat dan lingkungan alam sekitar. Oleh karena itu, setiap goresan motif batik ternyata memiliki maknanya tersendiri.Dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Batik Lokatmala berdiri pada tahun 2010. Lokasi sentra batik ini berada di Jalan Kenari, Selabatu, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi.Setidaknya ada 12 jenis motif yang terlahir dari Batik Lokatmala. Berikut adalah penjelasan dan cerita di balik motif-motif Batik Lokatmala:1. Motif Batik Sukabumi MasagiMotif batik ini terinspirasi oleh ungkapan yang ada pada masyarakat Sukabumi. Ungkapan tersebut berbunyi "hirup mah kudu masagi."Masagi berasal dari kata 'pasagi' artinya segi empat sama sisi yang mengisyaratkan bahwa manusia memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu pengetahuan yang seimbang antara kehidupan dunia dan kehidupan nanti setelah kematian, di samping menjadi teladan dan berguna bagi masyarakat di sekitarnya.2. Motif Batik CandramawatBatik Candramawat, terinspirasi dari cerita atau dongeng Sunda "Nini Anteh." Cerita itu mengisahkan seorang nenek sedang menenun ditemani seekor kucing bernama Candramawat.Anteh berasal dari kata kanteh atau benang, sedangkan nama kucing Candramawat berasal dari dua kata candra dan mawat. Candra berarti bulan dan mawat berarti berguna atau bermanfaat.Makna yang terkandung dari motif batik ini, mengisyaratkan bahwa manusia dikehendaki untuk selalu berusaha dan berikhtiar selama hayat di kandung badan dengan harapan agar apa yang diperoleh berguna dan bermanfaat bagi yang lain.3. Motif Batik LeungliMotif batik Leungli terinspirasi dari dongeng Sunda "si Leungli" yang mengisahkan persahabatan gadis bungsu yang malang dengan ikan mas ajaib bernama Leungli. Si gadis bungsu tersebut selalu mendapat perlakuan buruk dari kakak-kakak tiri perempuannya.Persahabatan keduanya terjalin ketika si gadis pergi ke sebuah tepi sungai saat meratapi derita dirinya akibat perilaku kakak-kakaknya tersebut. Pada saat itu muncul seekor ikan mas yang juga bersisik mas berbisik dan berbicara kepada si Leungli untuk menghiburnya.Makna yang tersirat dari cerita dimaksud mengisyaratkan kepada manusia bahwa suatu kebaikan dan kerendahan hati pada akhirnya akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan apa yang diperbuat, walaupun harus melewati rintangan dan halangan, begitu juga sebaliknya.4. Motif Batik si Leungli di Gunung ParangMotif batik ini terinspirasi dari cerita atau legenda yang ada di sekitar Sukabumi, yakni sebuah gunung menyerupai alat pertanian berupa parang. Kemudian distilasi menjadi huruf S dan kendi sebuah wadah tempat menyimpan air.Makna yang tersirat dari motif batik ini mengisyaratkan bahwa seiring perjalanan waktu kiranya perlu mengevaluasi segala hal yang pernah kita lakukan dan tentunya menuju ke arah yang lebih baik lagi. Kemudian kendi atau wadah menyimpan air terbuat dari tanah mengisyaratkan warga masyarakat Kota Sukabumi untuk selalu menjaga air sebagai sumber kehidupan.5. Motif Batik GurilapsMotif batik ini merupakan akronim dari gunung, rimba, laut, pantai, dan sungai. Potensi alam dimaksud dimiliki Sukabumi, seperti gunung dan rimba berada di daerah Situgunung, dan Halimun, pantai berada di Pelabuhan Ratu dan Cibuaya serta sungai diwakili oleh Sungai Citarik.Pengambilan potensi alam menjadi motif batik ini mengisyaratkan bahwa manusia harus memiliki pendirian yang kuat dan kokoh, dijalani seperti air mengalir dengan riak gelombang kehidupan silih berganti. Namun demikian, manusia harus selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa semua yang terjadi semata atas kehendak-Nya.6. Motif Batik JulangMotif batik julang terinspirasi dari nama burung julang. Burung ini merupakan jenis burung pemakan buah-buahan, kepiting, kodok, yang memiliki habitat di hutan dataran rendah, perbukitan, tersebar sampai ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut.Kebiasan burung ini apabila sudah mengepak sayap pantang untuk kembali apabila yang diinginkannya belum tercapai. Penamaan motif batik julang memiliki makna yang mengisyaratkan manusia memiliki semangat, pantang menyerah dalam mencari ilmu pengetahuan sesuai dengan yang diinginkan.7. Motif Batik Garuda NgupukMotif batik Garuda Ngupuk terinspirasi dari cara bagaimana burung garuda bersarang. Motif tersebut juga mengambil konsep pola pengembangan tata ruang pembangunan pusat pemerintahan.Hal dimaksud sesuai dengan pepatah Sunda berbunyi "Garuda ngupuk, bahe ngaler-ngetan, deukeut pangguyangan badak putih." Makna ungkapan itu adalah letak dan kondisi lahan untuk ibukota harus baik dari berbagai segi, serta dekat dengan sumber air.Filosofi batik Garuda Ngupuk dimaksud setiap manusia harus memiliki sumber-sumber kehidupan. Sumbernya itu adalah ilmu pengetahuan.8. Motif Batik PenyuMotif batik penyu terinspirasi dari Pusat Konservasi Penyu yang berada di Desa Pangumbahan Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi. Motif batik ini melambangkan akan kesederhanaan dan kerendahan hati dengan menjalani hidup selaras dengan aliran alam semesta.9. Motif Batik CiwangiMotif batik rereng Ciwangi terinspirasi dari dongeng yang mengisahkan seorang wanita bernama Nyimas Ciwangi yang mengalahkan raksasa. Raksasa itu bertujuan untuj merusak alam dengan menggunakan lembaran daun suji berwarna hijau.Raksasa kemudian kalah akibat tergulung kain suji. Karena ketakutan, sang raksasa berlari dan tercebur ke dalam kolam air panas hingga tubuhnya melepuh menyatu dengan air. Alkisah, beberapa minggu setelah kejadian itu, hutan, gunung dan pepohonan tumbuh asri sediakala.Adapun Filosofi batik Rereng Ciwangi adalah motif yang mengandung nasihat atau peringatan yaitu siapapun yang bernafsu melakukan perusakan terhadap alam, tidak lain mereka hanyalah sesosok raksasa jahat yang pada akhirnya akan menerima akibatnya sendiri.10. Motif Batik Elang Jawa SitugunungMotif batik Elang Jawa ini terinspirasi dari burung elang Jawa yang gagah perkasa dan menjadi raja di udara. Elang Jawa merupakan spesies burung elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa khususnya di kawasan Gunung Gede Pangrango.Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Sejak tahun 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia.Filosofi motif elang Jawa Situgununung mengisyaratkan bahwa manusia mampu membuat keputusan yang sangat berat untuk memulai perubahan baru. Artinya mampu meninggalkan kebiasaan lama yang buruk, walaupun hal tersebut menyenangkan, dengan maksud menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan.11. Motif Batik Buah Pala dan WijayakusumahMotif batik ini terinspirasi dari latar sejarah pada zaman harga biji pala dan fuli pala bisa lebih mahal dibanding harga logam mulia seperti emas. Sehingga biji pala dan fuli pala menjadi komoditas yang mempunyai nilai tinggi.Lebih lanjut kata "Pahlawan" (bahasa Sanskerta) berasal dari kata Phala dan wan yang mengandung arti seseorang yang dalam dirinya terkandung buah Phala, berkualitas bagi bangsa, Negara, dan agama serta keberanian dan pengorbanan. Sedangkan Wijayakusumah melambangkan penerang dalam kegelapan, keteladanan, dan kejujuran.Filosofi motif batik dimaksud mengisyaratkan manusia agar selalu menjadi orang yang berharga dan menjadi penerang, baik bagi diri sendiri ataupun orang lain.12. Motif Batik CaiMotif batik cai (air) terinspirasi akan kebutuhan air bagi kehidupan manusia. Karena pentingnya akan kebutuhan air bagi manusia pada umumnya dan pada khususnya masyarakat Sukabumi, toponimi dan penamaan tempat pun menggunakan awalan Tji atau Ci yang berasal dari kata cai. Hal tersebut terungkap dari ungkapan masyarakat Sukabumi bahwa "Sakali nginum cai Sukabumi pasti bakal balik deui ka Sukabumi."Filosofi motif batik cai ini, mengisyaratkan bahwa dalam kehidupan tentunya harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu dengan ulet dan mampu menyelesaikannya dengan baik. Hal tersebut tercermin dari ungkapan "Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok".