Contoh Geguritan Bahasa Jawa dan Maknanya

Contoh Geguritan Bahasa Jawa dan Maknanya

hse2022/09/20 15:53:24 WIB
Ilustrasi/Foto: Agung Mardika

Istilah geguritan sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Jawa, termasuk Jawa Timur. Namun, banyak orang yang belum mengetahui secara detail tentang geguritan dan contohnya.Apa itu Geguritan?Melansir dari situs Pemkot Surakarta, geguritan merupakan salah satu karya sastra Jawa yang berbentuk puisi Jawa modern. Geguritan berbeda dengan karya sastra bahasa Jawa lainnya.Bedanya, geguritan justru bebas dari aturan-aturan tertentu seperti pada tembang macapat atau kidung. Ada pendapat lain yang mengatakan geguritan adalah susunan bahasa seperti syair dalam bahasa Jawa.Geguritan berisi ungkapan perasaan dan pikiran penyair yang bersifat imajinatif dan tersusun, ada unsur pembangunan serta tidak terikat oleh aturan. Seperti guru gatra, guru lagi dan guru wilangan.Pada zaman dulu, geguritan sering digunakan rakyat untuk menyuarakan bentuk ketidakpuasan terhadap kepemimpinan seorang raja. Saat ini, geguritan sering digunakan sebagai bentuk ungkapan sastra yang sering dibacakan pada acara-acara tertentu, seperti agenda 17 Agustus dan acara formal lainnya. Bahkan geguritan juga sering dilombakan di tingkat sekolah dasar hingga menengah atas.Baca juga: Contoh Geguritan Bahasa Jawa dengan 3 Tema BerbedaTema dan Ciri-ciri GeguritanAda sejumlah tema yang bisa diangkat dalam menulis geguritan. Seperti tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme, cinta tanah air, cinta kasih, kerakyatan atau demokrasi, keadilan sosial, pendidikan dan tema umum.Sementara itu, ciri-ciri dari geguritan yaitu bukan bahasa padinan atau bahasa yang digunakan sehari-hari. Tembung atau katanya adalah pilihan, jumlah liriknya tidak ditentukan, sajak akhiran bebas dan jarang menggunakan tembung atau kata terikat.Baca juga: Segini Gaji yang Tak Lagi Diterima Sambo Usai DipecatJenis GeguritanDikutip dari buku Antologi Geguritan, Tresna lan Kuciwa karya PBSD UNS, ada 2 jenis geguritan. Yakni geguritan lama dan kontemporer. Berikut penjelasannya.1. Geguritan lama/lawas/tradisionalGeguritan tradisional terikat oleh aturan tertentu. Yaitu jumlah gatra (baris) tidak tetap, setiap gatra berisi 8 suku kata, bunyi pada akhir kata bersuara sama, dan permulaan guritan diawali dengan kata sun gegurit (aku mengarang).2. Geguritan KontemporerSementara itu, geguritan kontemporer tidak memiliki ikatan terhadap suatu aturan guru lagu (bunyi vokal pada akhir baris) dan guru wilangan (jumlah suku kata tiap barus) seperti macapat. Serta tidak terikat pula oleh metrum seperti kakawin.Baca contoh geguritan bahasa jawa di halaman selanjutnyaContoh GeguritanMelansir dari buku Belajar Bahasa Daerah Jawa Untuk Mahasiswa PGSD dan Guru SD karya Rian Damariswara, ada sejumlah contoh geguritan. Berikut contohnya:1. Geguritan Tema KeluargaIbuku

Dening: Alfia Nisa ArahmaIbu...

Sapa kang bisa ngerti aku

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya