Menelusuri Alasan Eropa Mulai Kepincut Minyak Sawit hingga Harganya Naik

Menelusuri Alasan Eropa Mulai Kepincut Minyak Sawit hingga Harganya Naik

das2022/04/25 07:00:52 WIB
Foto: Getty Images/iStockphoto/sergeyryzhov

Uni Eropa (UE) tengah menghadapi kekurangan minyak bunga matahari (sunflower oil). Invasi Rusia ke Ukraina disinyalir telah menghalangi kegiatan ekspor dari pemasok utamanya, yaitu Ukraina.Dikutip dari Reuters, (Minggu (24/4/2022), Kelompok Industri Minyak Nabati dan Protein Meal Eropa (FEDIOL) mengungkapkan, perang telah menghentikan pengiriman minyak bunga matahari Ukraina ke UE, yang biasanya mewakili sekitar 200.000 ton per bulan.Penyulingan minyak bunga matahari UE mengambil 35% hingga 45% dari Ukraina. Stok yang tersedia di UE diperkirakan hanya mencakup 4 hingga 6 minggu."Di luar periode itu, kemungkinan kurangnya ketersediaan minyak bunga matahari mentah dan alternatif yang terbatas, akan menyebabkan kekurangan minyak bunga matahari olahan atau botol di pasar Eropa. Ini akan dirasakan hingga ke tingkat konsumen," kata FEDIOL dalam sebuah pernyataan, dikutip dari pemberitaan Reuters yang tayang pada (4/3/2022) lalu.Minyak bunga matahari adalah minyak utama yang digunakan untuk memasak. Sesuai dengan namanya, minyak tersebut diperoleh dari olahan tanaman biji bunga matahari.Baca juga: Pahitnya Efek Samping Pelarangan Ekspor Sawit dan Minyak GorengUkraina dan Rusia menyumbang sekitar 80% dari ekspor produk global. Alhasil dengan keadaan ini membuat importir, seperti UE dan India harus mencari alternatif tersendiri.Untuk itu, para produsen di UE berusaha mengurangi dampak perang, dengan mengalihkan volume terbatas minyak bunga matahari yang ditujukan untuk bahan bakar biodiesel ke pasar makanan. Produsen juga akan menggunakan tambahan produk lain seperti minyak lobak, minyak kedelai dan minyak tropis.Misalnya, produsen biskuit asal Italia, Barilla yang menghapus label 'senza olio di palma' atau 'bebas minyak sawit' dalam kemasannya. Penghapusan label tersebut, karena Barilla telah menggunakan minyak sawit dalam proses produksinya.Lanjut di halaman berikutnya.Baca juga: Pasokan Minyak Bunga Matahari Menipis, Eropa Jadi Doyan Minyak SawitGuru besar John Cabot University Roma Pietro Paganini mengatakan kekurangan minyak bunga matahari mendorong banyak produsen dan pengolah makanan, untuk memformulasi ulang produknya dengan minyak yang berbeda."Beberapa di antaranya kembali ke minyak sawit, setelah mereka meninggalkannya antara 2016 dan 2018 dan setelah mereka memboikotnya," kata Paganini ditulis Rabu (13/4/2022).Ada beberapa (produsen pengolah makanan) yang masih mengandalkan cadangan minyak bunga matahari sampai Agustus. Mereka berharap minyak bunga matahari akan kembali (ada di pasaran) lagi.Barilla, kata Paganini, tidak memiliki banyak pilihan (dalam menggunakan minyak nabati). Produsen biskuit asal Italia ini, tidak mengeluarkan pernyataan publik apapun terkait penghapusan label "bebas minyak sawit" dalam kemasannya itu.Menurut Paganini, Barilla harus kembali menggunakan minyak sawit dalam proses produksinya, alasanya karena minyak sawit jauh lebih baik, aman dan bersertifikat berkelanjutan. Pada tahun 2016 Barilla menggunakan minyak sawit dengan sertifikasi keberlanjutan. Sementara tahun 2017, mereka tidak menggunakan minyak sawit sama sekali dan hanya menggunakan 20% minyak bersertifikat.Paganini mengatakan saat ini produsen dan pengolah makanan di Eropa, berada di bawah tekanan kelangkaan komoditas dan melonjaknya harga minyak nabati, terutama minyak nabati non sawit. "Minyak sawit adalah pilihan terbaik," tegas Paganini.Pihaknya mempercayai bahwa setelah kehebohan boikot kelapa sawit, banyak perusahaan menyadari bahwa ternyata mereka tidak menghasilkan uang (mereka benar-benar menyia-nyiakannya untuk promosi dan reformulasi) dan mereka tidak banyak mendapat keuntungan dari boikot tersebut."Minyak kelapa sawit menawarkan lebih banyak kesinambungan dan merupakan lemak yang lebih baik untuk makanan mereka. Kelangkaan dan mahalnya minyak bunga matahari, memberikan kesempatan kepada banyak produsen makanan, untuk kembali ke minyak yang memberikan mereka performa kinerja terbaik, yakni minyak sawit," ujarnya.Paganini mengatakan bahwa saat ini merupakan momentum yang sangat baik, bagi produsen minyak sawit untuk masuk ke Eropa. Alasanya, karena setelah bertahun-tahun kelapa sawit diboikot oleh negara-negara di Benua Biru ini. "Minyak sawit ada di sini (Eropa) untuk menyelamatkan," kata Paganini.Paganini menerangkan hal terbaik yang dapat dilakukan oleh negara-negara produsen minyak sawit adalah meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas dan keberlanjutan yang lebih jauh baik lagi. Memperkuat skema sertifikasi, menjadikannya sebagai tolok ukur untuk semua komoditas lain, serta menawarkannya kepada orang Eropa juga perlu dilakukan."Jika mereka pintar mereka akan membelinya. Jika tidak, dunia ini jauh lebih besar dari Eropa. Eropa kecil tetapi masih berpengaruh secara politik, jadi sebaiknya ikuti saja mereka. Sekarang saatnya berjabat tangan dan menjual sebanyak mungkin minyak sawit berkelanjutan," jelasnya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya