Makam Kanjeng Jimat Pacitan dan Kiprahnya di Masa Lalu

Makam Kanjeng Jimat Pacitan dan Kiprahnya di Masa Lalu

sun2021/01/03 11:31:04 WIB
Makam Kanjeng Jimat di Pacitan/Foto: Purwo Sumodiharjo

Jalan menanjak menjadi rute awal menuju Makam Kanjeng Jimat. Dalam 400 meter pertama, jalan berlapis paving, di kanan kirinya terdapat kompleks pemakaman umum.Selanjutnya, ada 180 anak tangga sebelum mencapai puncak Giri Sampurno, tempat bersemayam jasad Kanjeng Jimat, tokoh yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Pacitan.Setibanya di puncak, sebuah bangunan berbentuk rumah langsung terlihat. Ada pintu utama yang selalu terkunci. Di sebelah kirinya ada sebuah musala lengkap dengan tempat wudhu.detikcom sengaja berjalan kaki dari gapura yang berada di tepi jalan raya. Tentu saja rasa lelah dan cucuran keringat mewarnai perjalanan melewati rute menanjak itu. Lumayan jauh, sekitar 300 meter.Baca juga: Cerita Gajah Mada Kecil Diserang Ular dan Diselamatkan 2 Hewan Milik IbundaTiba di pelataran makam, rasa lelah mendadak sirna. Semilir angin di antara rindang pepohonan membuat tubuh kembali bugar. Penat segera tergantikan dengan suasana damai dan khidmat.Begitulah situs Makam Kanjeng Jimat di Dusun Kebonredi, Desa Tanjungsari, Kecamatan Kota Pacitan. Tempat nan teduh di area setinggi 80 mdpl."Pada hari biasa pun banyak peziarah yang datang. Mereka dari mana-mana. Bukan hanya dari Indonesia tapi juga mancanegara," ucap Agus Jatmiko (50) juru kunci makam kepada detikcom, Minggu (3/1/2021).Saat paling ramai kunjungan, lanjut Agus, adalah menjelang Ramadhan. Berikutnya adalah hari-hari usai Idul Fitri. Adapun kunjungan rutin yang kerap dilakukan peziarah biasanya pada malam Jumat.Umumnya, lanjut Agus, pengunjung memiliki keterkaitan sejarah dengan Kabupaten Pacitan. Sebagian dari mereka juga mengaku masih memiliki rumpun keluarga dengan almarhum. Selebihnya memang sengaja datang untuk berziarah."Saya pernah memandu pengunjung dari Jepang. Ada juga yang berasal dari Spanyol dan Australia," tutur Agus yang menjadi penerus ayahnya menjadi juru kunci.Beberapa kali mengunjungi situs sejarah tersebut, detikcom pernah bertemu beberapa peziarah dari sejumlah wilayah di Tanah Air. Seperti Jakarta, Bandung, Panarukan, bahkan ada pula peziarah asal Pulau Dewata.Baca juga: Dewi Andongsari Dipercaya Sebagai Ibunda Gajah Mada, Makamnya Ada di LamonganDi antara mereka ada yang datang rombongan dengan kendaraan roda empat. Ada pula yang datang dalam jumlah kecil. Mereka mengendarai sepeda motor dan diparkir di pelataran bawah."Saya berangkat dari Bali lalu ke Gresik dan Pekalongan. Insyaallah Pacitan ini jadi tujuan terakhir perjalanan," ucap seorang pria berbaju batik dan berkopiah yang mengaku warga Gianyar, Bali.Banyak pengunjung berdatangan. Mulai sekadar napak tilas, berziarah, berdoa, hingga ngalap berkah. Medan menuju lokasi yang cukup menantang juga menjadi rute olah raga bagi warga setempat.Soal Kanjeng JimatMengapa salah satu ikon sejarah Pacitan ini dianggap istimewa?"Karena memang perkembangan agama Islam di Pacitan tidak dapat dipisahkan dari peran Kanjeng Jimat," kata Agus Jatmiko.Sebagai tokoh keagamaan di zaman dulu, pria bernama asli Joyo Niman tersebut sempat menjadi penasehat Pangeran Diponegoro. Itu terjadi ketika peristiwa Perang Lesung.Nama Joyo Niman makin dikenal saat mengemban amanah menjadi Bupati ketiga Pacitan. Dia menggantikan bupati sebelumnya, Setroketipo. Selama memangku jabatan tertinggi di Pacitan, gelar Jogokaryo melekat pada dirinya."Jadi selama menjabat bupati, gelar beliau adalah Jogokaryo," tambah Agus yang mengaku masih keturunan Kanjeng Jimat.Sesuai penelusuran Agus, Kanjeng Jimat diyakini berasal dari daerah Arjowinangun, sebuah perkampungan di timur Sungai Grindulu yang membelah Kota Pacitan.Baca juga: Cerita-cerita Seram dari Pemandian di Bondowoso yang Dikenal AngkerBerdasar cerita turun temurun, Kanjeng Jimat dulunya tinggal di permukiman yang kini menjadi tempat berdirinya Ponpes Nahdhatus Suban, kawasan yang dewasa ini juga menjadi pusat perekonomian Kota 1001 Gua.Adapun gelar Kanjeng Jimat diperoleh setelah Jogokaryo menyelesaikan tugasnya sebagai pemimpin daerah. Purna menjabat bupati, Joyo Niman mendapat kepercayaan menjaga benda-benda pusaka di Keraton Surakarta."Gelar Kanjeng Jimat diperoleh bersamaan amanah barunya sebagai penggawa kerajaan," pungkas Agus.Peran penting Kanjeng Jimat dalam sejarah Kabupaten Pacitan menempatkannya menjadi tokoh yang sangat disegani. Bahkan hingga kini banyak peziarah yang sengaja datang ke makamnya. Mereka umumnya mengadakan ritual doa maupun kegiatan spiritual lain.Sebuah musala bernama sama dengan Sang Ulama menjadi tempat transit peziarah. Tak sedikit pula yang sengaja menginap di tempat tersebut. Terutama mereka yang berasal dari luar daerah.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya