Kaum Rebahan yang Mau Eksis Gowes, Alat Ini Bikin Kamu Enggak Usah Genjot Saat Bersepeda

Kaum Rebahan yang Mau Eksis Gowes, Alat Ini Bikin Kamu Enggak Usah Genjot Saat Bersepeda

lth2020/07/11 06:23:43 WIB
Pesepeda di Jakarta Foto: Rengga Sancaya

Dengan alat ini kamu bisa sepedaan tanpa mengeluarkan banyak tenaga untuk gowes. Sepeda konvensional bisa disulap jadi sepeda bertenaga listrik. Asyik, kan?Di pasaran saat ini ada dua jenis sepeda yang dijual berdasarkan sumber tenaga yang dipakai. Yang pertama adalah bertenaga dengkul, alias sepeda konvensional yang musti digowes.Tipe kedua adalah sepeda listrik, yang sesuai namanya ditenagai listrik. Sepeda jenis kedua ini menawarkan kenyamanan karena kalau sudah lelah menggowes, motor bertenaga listrik bisa dihidupkan dan sepeda melaju sendiri.Baca juga: Sobat Misqueen Minggir Dulu, Ferrari Bikin Sepeda Harganya Setara AvanzaKalau kamu tertarik sepeda listrik tapi sudah terlanjur memiliki sepeda konvensional, kami sarankan enggak usah beli sepeda listrik baru. Ada alat yang bisa mengubah sepeda konvensional jadi sepeda listrik. Dari tenaga dengkul menjadi tenaga baterai.Alfred Andreas dari Goes-on Bosbattery menjelaskan ada dua tipe alat yang bisa 'menyulap' sepeda gowes jadi sepeda listrik. Yang pertama sistem Fiction Drive (yang menempelkan alat bottom braket ke permukaan ban). Yang lainnya adalah Micro Hub (sistem listrik dalam bentuk tromol).Dalam perbincangan dengan detikOto beberapa hari lalu, Alfred mengklaim sudah banyak orang yang memasang alat tersebut. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk mengubah sepeda konvensional jadi sepeda listrik?.Untuk harganya, sistem Fiction Drive (yang menempelkan alat bottom braket ke permukaan ban) Rp 4.980.000 juta sudah termasuk ongkos pasang. Sedangkan untuk Micro Hub Rp 5.150.000 (sistem listrik dalam bentuk tromol)," ucap Alfred.Tidak dipungkiri saat ini sepeda jadi satu alat transportasi yang tengah 'hype' di masyarakat. Peminatnya sangat besar, dari yang veteran sampai yang benar-benar baru menyukai sepeda. Booming sepeda di era New Normal ini malah dianggap berhasil membangkitkan semangat apa yang populer disebut sebagai 'kaum rebahan'. Seperti yang disampaikan salah satu anggota komunitas Sepeda/Motor Listrik Indonesia (Kosmik), Hendro kepada detikOto, Rabu (8/7/2020).Baca juga: Kemenhub Bikin Aturan Soal Pesepeda, Ini 3 Hal yang Dibahas"Mereka selama ini tidak memiliki motivasi untuk bersepeda. Begitu ada banyak keuntungan yang mereka rasakan ketika bersepeda maka saat itulah mereka termotivasi untuk bersepeda. Tapi saya rasa mereka itu tidak hanya sekedar ikut-ikutan," ujar Hendro."Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Jadi bagaimana pun juga tidak akan mungkin berdiam diri. Utamanya kaum lelaki, otak purba kaum lelaki adalah otak pemburu dan pengumpul makanan. Karena itu secara instinctive para lelaki akan selalu berusaha keluar rumah," Hendro menambahkan.Kegiatan Car Free Day (CFD) di Sudirman-Thamrin, Jakarta, Minggu (28/06/2020), ditiadakan. Tetapi jalur sepeda sementara (pop up bike lane) tetap dibuka. Foto: Rengga SancayaNamun bagi kaum rebahan, lanjut Hendro, bukan perkara mudah untuk bisa menghilangkan kebiasaan bersantai di rumah dan enggan mandi pada saat hari libur."Wah... Kalo itu sih tergantung kaum rebahan itu sendiri. Buat yang hardcore rebahan tidak akan bergeser dari kasur. Dan bagi yang ikut-ikutan rebahan maka gak akan lama juga bisa bertahan untuk tetap rebahan. Saya pribadi "rebahan" tergantung mood," canda Hendro.Baca juga: Sepeda Konvensional Diburu, Sepeda Listrik Ikut Laris ManisNah bagi kaum rebahan yang hendak ingin bersepeda disarankan memilih sepeda sesuai kebutuhan. Seperti yang disampaikan Ketua Komunitas Bike To Work (B2W) Indonesia, Poetoet Soedarjanto kepada detikcom.Berikut kriteria memilih sepeda- Keperluan BersepedaDijelaskan oleh Poetoet, persyaratan yang paling mendasar bagi pemula yang akan membeli sepeda adalah kegunaan sepeda tersebut. Untuk apa sepeda dipakai dan tujuannya untuk apa. Apakah sebagai mobilitas atau sepeda digunakan sebagai alat olahraga."Pada prinsipnya, sepeda dipakai pada dua aktivitas atau dua tujuan, apakah itu untuk sport atau untuk transportasi," ujar Poetoet kepada detikcom, Kamis (11/6/2020).Poetoet mengatakan, jika kegunaan sepeda sebagai transportasi, semua jenis sepeda yang digunakan bisa saja."Untuk olahraga atau untuk mobilitas. Kalau untuk mobilitas, pada dasarnya semua jenis sepeda apapun bisa," kata Poetoet."Kalau untuk sport, nah ini harus dipilah lagi, olahraganya ini di level ringan, sedang, atau level berat," pungkasnya.Baca juga: 5 Hal yang Dilarang Dilakukan Pesepeda di Jalan Berdasar Aturan Kemenhub- Rute jalanan yang dilewatiPoetoet mengatakan, rute jalanan yang dilewati dari rumah ke kantor menjadi hal yang penting untuk jadi bahan pertimbangan. Apakah rute jalan relatif baik atau lebih banyak tidaknya? Atau kondisi jalan banyak lubang."Kalo rute yang saya lewati itu tidak enak untuk bersepeda, kalo pakai sepeda balap. Tapi akan sangat enak kalau aku pakai sepedanya MTB (sepeda gunung). Tapi bukan berarti tidak bisa pake sepeda balap, bisa, tetapi tidak senyaman pakai sepeda MTB," kata Poetoet."Kalau misal rute yang dilewati bagus dan jalan menuju kantor bisa ditempuh. tapi terkadang ada meeting juga sesekali keluar. Maka sepeda yang bisa dipilih adalah sepeda lipat," tambahnya.- Siapa saja yang menggunakanSelain kita pribadi, apakah ada orang lain yang menggunakan? Mungkin bisa anak kita, istri atau suami. Itu perlu menjadi pertimbangan.Poetoet menyarankan, jika sepeda dipakai oleh banyak orang, sepeda lipat adalah pilihannya."Ini kan ibarat sepeda itu kayak pakaian, kalau kedodoran atau kesempitan itu kan kurang nyaman. Kalau dipakai sebentar mah gapapa tapi kalau dipakai puluhan kilometer sehari kan nggak enak," kata Poetoet.Baca juga: Sanksi Pelanggar Hukum yang Celakai Pesepeda Dinilai Terlalu Ringan- Ukuran SepedaUntuk mendapatkan ukuran sepeda yang tepat, hal yang paling umum dilakukan adalah dengan mengacu pada tinggi badan seseorang. Artinya, ukuran sepeda yang digunakan oleh orang dengan postur yang kecil maka akan berbeda dengan mereka yang memiliki postur tubuh yang tinggi."Jadi memang sebaiknya harus sesuai ukuran tubuh kita tapi sekali lagi jangan dipusingkan dengan hal-hal seribet itu. Sebelum betul-betul sepeda menjadi bagian dari hidup supaya nanti tidak menyesal beli," kata Poetoet.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya